Beranda | Artikel
Istri Adalah Pakaian Untuk Suami dan Suami Pakaian Untuk Istri - Tafsir Surat Al-Baqarah 187
Sabtu, 4 April 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Istri Adalah Pakaian Untuk Suami dan Suami Pakaian Untuk Istri – Tafsir Surat Al-Baqarah 187 adalah kajian tafsir Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 15 Rabbi’ul Awwal 1441 H / 12 November 2019 M.

Kajian Tentang Istri Adalah Pakaian Untuk Suami dan Suami Pakaian Untuk Istri – Tafsir Surat Al-Baqarah 187

Kita masih diayat ke-187. Allah Ta’ala berfirman:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّـهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّـهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّـهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّـهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿١٨٧﴾

Dihalalkan untuk kamu dimalam puasa untuk bersetubuh kepada istri-istri kalian. Mereka adalah pakaian untuk kamu dan kamu adalah pakaian untuk mereka. Allah mengetahui bahwasanya kalian menghianati diri kalian sendiri. Maka Allah pun memberikan taubat kepada kamu dan memaafkan kamu. Maka sekarang silahkan kalian menyetubuhi mereka dan carilah apa yang Allah tuliskan untuk kalian. Makan dan minumlah sampai jelas kepada kalian benang putih dari benang hitam dari fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam dan jangan kalian setubuhi mereka sementara kalian sedang i’tikaf di masjid-masjid. Itulah batasan-batasan Allah, maka jangan kalian mendekati batasan-batasan Allah itu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya kepada manusia agar mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah 187)

Faidah Surat Al-Baqarah ayat 187

Kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah:

Rahmat Allah kepada hamba-hambaNya

Dimana Allah menghapus hukum yang pertama menjadi lebih ringan. Karena sudah kita sebutkan kemarin, bahwa puasa diwajibkan pertama itu adalah diberikan pilihan antara puasa atau membayar fidyah. Kemudian Allah mewajibkan mereka berpuasa tapi berat sekali, yaitu 24 jam, dari maghrib sampai maghrib lagi. Itupun kalau pas magrib mereka belum sempat untuk makan lalu ternyata keburu ketiduran, wajib puasa lagi sampai maghrib berikutnya. Dan itu ternyata berat sekali buat mereka. Maka kemudian Allah pun menghapus lagi hukum tersebut dan diberikan hukum yang terakhir dan terus berlaku sampai hari ini. Yaitu berpuasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Ini adalah rahmat Allah.

Kenapa Allah menghapus ini, menghapus ini, kemudian memberikan hukum? Apakah berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak tahu maslahat yang akan datang? Tidak, Allah tahu. Akan tetapi Allah ingin menguji hamba-hambaNya.

Pembicaraan suami istri

Bolehnya suami istri berbicara dalam perkara-perkara yang kita merasa malu kalau kita bicara dengan orang lain. Kenapa? Allah mengatakan disitu:

الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ

Dan kata الرَّفَثُ itu sudah kita sebutkan “kata-kata yang jorok” yang berhubungan tentunya dengan jima’ dan yang lainnya. Maka suami istri boleh.

Suami bercumbu rayu dengan istrinya

Ayat ini juga menunjukkan setelah akad nikah boleh boleh seorang suami bercumbu rayu dengan istrinya. Karena kalau disebagian kaum Arab kalau sudah akad itu tidak boleh jima’ dulu. Sampai nanti setelah selesai walimah. Dan mereka untuk walimah itu biasanya butuh waktu setengah tahun mengumpulkan uang. Jadi antara akad dengan walimahnya jauh. Jadi pas akad itu sebagian orang Arab itu tidak boleh jima’ dulu. Sampai nanti kalau sudah walimah, baru silakan.

Maka di sini beliau ingin membantah keyakinan seperti ini. Bahwa kalau sudah akad berarti sudah jadi istri. Kalau sudah jadi istri, berarti sudah boleh. Maka Allah mengatakan di situ:

الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ

Boleh, silahkan melakukan rofats kepada istri-istri kalian itu.

Istri adalah pakaian untuk suami 

Bahwa istri itu adalah pakaian untuk suami, suami pun juga pakaian untuk istri. Karena menutupi, menutupi syahwat. Sehingga seseorang dengan punya istri dan istri punya suami, dia pun terjaga dari zina, terjaga dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Maka Allah mensifati di situ.

Mereka adalah pakaian untuk kalian. Karena pakaian itu menutupi aurat kita, pertama. Yang kedua, pakaian itu dekat sekali dengan diri kita. Demikian pula suami istri.

Penetapan akan adanya illat dalam hukum

Di sini Allah memberikan alasan/illatnya. Ketika Allah mengatakan: “Dibolehkan melakukan rofats kepada istri-istri kalian di malam puasa.” Lalu Allah menyebutkan sebabnya apa. Yaitu bahwa mereka adalah pakaian untuk kalian dan kalian adalah pakaian untuk mereka.

Apa itu Illat?

Kalau dalam ilmu Ushul fiqih, illat itu didefinisikan sifat yang tetap dan tampak dan tidak dilalaikan oleh syariat. Sifat yang tetap, berarti kalau sifatnya tidak tetap maka tidak bisa dijadikan illat. Tampak, adapun kalau tidak tampak alias tidak ketahuan illatnya bagaimana?

Contoh: Allah mengharamkan arak. Kenapa arak itu? Apa illatnya diharamkan arak? Kalau ada yang berkata bahwa illatnya arak itu karena warnanya mereh, kita katakan bahwa sifat ini tidak tetap. Karena ada arak yang warna putih, warna merah dan yang lainnya. Misalnya karena arak itu illatnya adalah memabukkan. Nah, ini tetap, betul. Semua arak pasti memabukkan. Dan illat ini tampak pada arak tersebut. Dan tidak ditolak oleh syariat. Haramnya arak itu karena memabukkan.

Dan dengan cara mengetahui illat itulah kita bisa mengetahui hukum yang sejenis. Karena arak itu illat haramnya karena memabukkan, berarti semua yang memabukkan sama hukumnya dengan arak.

Maka mengenal illat itu sangat penting bagi orang yang ingin mengqiyaskan. Karena syarat atau rukun qiyas itu 4. Ada pokok, ada cabang, ada hukum dan ada kesamaan illat. Kalau illatnya tidak diketahui., bagaimana kita akan bisa qiyaskan? Makanya ibadah-ibadah yang sifatnya mahdhah yang tidak diketahui illatnya apa, tidak bisa diqiyaskan.

Contoh, kenapa shalat subuh dua rakaat? Kenapa shalat ashar empat rakaat? Kita tidak tahu illatnya apa. Ini namanya ibadah yang sifatnya mahdhah dimana itu memang hak Allah saja, hanya Allah yang Maha Tahu. Maka hal-hal seperti ini tidak bisa diqiyaskan.

Demikian pula masalah aqidah. Kalau masalah aqidah tidak ada illatnya. Seperti misalnya keyakinan adanya surga, neraka, tidak bisa diqiyaskan.

Baca juga: Didalam As-Sunnah Tidak Ada Qiyas

Makanya perkara-perkara yang bisa diqiyaskan yaitu setiap hukum-hukum yang biasanya mengandung illat. Kenapa ulama mengqiyaskan beras dengan gandum? Karena kesamaan illat di situ. Apa kesamaan illatnya? Karena makanan pokok. Sehingga mereka menyamakan antara ini dan itu.

Kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengharamkan jual beli bangkai? Apa illatnya bangkai diharamkan? Sebagian mengatakan karena bangkai najis. Berarti diqiyaskan kepadanya semua yang najis tidak boleh diperjual-belikan. Sebagian mengatakan karena bangkai itu tidak ada manfaatnya. Berarti diqiyaskan semua barang yang tidak ada manfaatnya tidak boleh diperjual-belikan.

Nah, dengan cara kita mengetahui illat, sangat memudahkan kita untuk mengetahui hukum yang sejenis. Tapi kalau illatnya sudah salah, salah juga qiasnya.

Simak pembahasan yang penuh manfaat ini pada menit ke-13:03

Download MP3 Kajian Tentang Istri Adalah Pakaian Untuk Suami dan Suami Pakaian Untuk Istri – Tafsir Surat Al-Baqarah 187


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48317-istri-adalah-pakaian-untuk-suami-dan-suami-pakaian-untuk-istri-tafsir-surat-al-baqarah-187/